Selasa, 18 November 2014

Jangan menangis saat menatapku

Pertemuan kita begitu singkat. Kamu mengenalkan namamu lalu kita mengukir kejadian-kejadian indah bersama. Tiada hari tanpa pesan singkat dan telpon  dari mu, hari terus berganti kita terus bersama, dalam nyata atau dalam doa. Kamu sudah menjadi bagian dari hidupku. Sampai akhirnya kita berbicara kearah yang lebih serius. Kamu dan aku bersatu dan menyatulah kita dalam senyum dan tawa. Kita menjadi sepasang kekasih yang enggan untuk terpisahkan. Kita lalui kehidupan bersama, sakit bersama, bahagia bersama dan tangisan bersama. Kamu memberikanku kecupan saat aku ingin tertidur dimalam hari. Kamu selalu  mengantarkanku sampai gerbang mimpi. Sungguh indah dan unik saat kita menjalin hubungan. Kamu dan aku memiliki tempat yang sama-sama kita sukai yaitu Taman. Aku suka taman karena taman itu indah dan aku berasa nyaman disni. Kamu suka taman karena disini damai dan nyaman.
Taman. Suatu hari kita saling berpisah, aku menunggu kamu di sini. Ditempat kita, ditaman yang katanya bisa buat kita selalu nyaman. Aku selalu menunggu sampai kamu datang untukku. Satu bulan...dua bulan...tiga bulan aku menunggu kamu. Merindukanmu dalam diam, menangisimu dalam kenangan. Kamu kemana? Kenapa menghilang begitu saja? Aku merindukamu? Kapan kamu kembali untuk aku? Setiap hari pertanyaan itu selalu berlarian di otakku. Apa yang salah dari aku? Suatu ketika, aku sedang melamun ada yang tiba-tiba menepuk pundakku dan berkata "bintang" lalu aku menoleh dan aku hanya bisa terdiam.  Nyatakah ini? Atau ini hanya ilusi? Bukan  ini bukan ilusi. Ini dia, Ray ! Aku langsung mendekapnya dengan penuh kerinduan. Air mataku tumpah. Aku ga bisa untuk menahannya. Aku merindukanmu aku sungguh-sungguh merindukanmu. Lalu aku melepaskan pelukanku lalu ia berkata dan seraya menghapus air mata ku "peri kecilku. Kenapa kamu menangis? Air mata kamu terlalu berharga untuk nangisin aku" lalu aku membalasnya "maka dari itu air mataku yang berharga ini pantas untuk menangisimu yang lebih berharga untuk aku." Lalu kamu mendekapku dengan penuh cinta dan kasih sayang. Aku tak ingin menanyakan kepadanya kenapa dia menghilang. Karena ada dia di samping aku itu udah cukup. Cukup buat aku bahagia.
Hari demi hari, bulan demi bulan kita lalu bersama sampai akhirnya hubungan kita renggang. Aku ga tahu harus mengawali apa untuk berbicara kepadamu. Maafin aku, karena selama ini aku tak bisa berbicara jujur padamu. Aku berasa nyaman berada disampingmu, aku ga mau melihatmu terluka. Aku memendam semua ini. Aku memiliki alasan tersendiri kenapa aku jarang menghubungimu. Bukan berarti aku sibuk atau ga peduli dengan kamu. Tapi karena aku ga mau lihat kamu sedih dengan penyakit yang aku derita. Aku takut ga bisa melihat kamu  senyum, aku takut ga bisa lihat kamu tertawa bahagia lagi. Aku izinkan kamu bersama orang lain. Supaya kamu lupain aku dan membenciku. Aku takut nanti aku ngerepotin kamu. Aku ga mau melihat kamu malu punya seorang pacar yang cacat dan ga bisa berbuat apa-apa untuk kamu. Sampai akhirnya aku berhenti dan aku mengakhiri hubungan ini. Aku menjalani hidup sendiri, menanggung rasa sakit ini sendiri. Aku bahagia saat melihat kamu mendapatkan orang yang sempurna dari aku. Bisa bahagiain kamu, bisa buat kamu senyum dan yang pasti kamu ga akan malu.
Kini aku sendiri, menjalani hidup ini sendiri. bersama kenangan yang terus menghampiriku. Bersama masalalu yang terus menemaniku. Sampai pada akhirnya kita bertemu disebuah tempat yang membuat kita sama-sama nyaman disana. Kamu datang dengan sosok yang tak berubah. Masih berdiri tegap bersama kekasihmu yang cantik dan melangkah beriringan. Aku hanya bisa tersenyum penuh arti. Aku hanya menatap kaki ku  yang tak bisa melangkah untuk menemanimu. Dia menatapku dengan penuh simpati. Aku hanya tersenyum manis kepadanya. Lalu kamu  menghampiriku dan berkata "kenapa kamu membohongiku? Kamu malu akan dirimu yang seperti ini? Sampai akhirnya kamu mengakhiri hubungan kita yang indah itu? Dan sekarang aku bersamanya. Aku tak akan menyakitinya. Aku akan menjaganya sama seperti aku menjaga kamu dulu."
"Aku ga bermaksud untuk membohongimu. Aku cuma ingin kamu mendapatkan yang sempurna. Kamu terlalu sempurna. aku ga bisa melakukan  apa-apa untuk kamu. Yang pada akhirnya akan ngerepotin  kamu." Aku tersenyum dan sesekali air mataku terjatuh. Saat itu juga dia menjatuhkan air mata untukku, lalu aku berkata "jangan menangis melihatku seperti ini. Air mata kamu terlalu berarti. Ga pantas untuk aku yang ga sempurna ini." Aku menghapus airmatanya, Lalu aku  pergi meninggalkannya. Meninggalkan luka untukku. Aku hanya bisa berharap pada takdir. Takdir yang akan mengantarkanku pada tempat peristirahatanku yang terakhir. Aku hanya menunggu itu.....
Karena cinta tahu, kemana dia akan pulang :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar